BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar
Belakang
Penyakit Cacar atau yang disebut sebagai 'Herpes' oleh
kalangan medis adalah penyakit radang kulit yang ditandai dengan pembentukan
gelembung-gelembung berisi air secara berkelompok. Penyakit Cacar atau Herpes
ini ada 2 macam golongan, Herpes Genetalis dan Herpes Zoster.
Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan
(gelembung lecet) pada kulit terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk
dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan
virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain
'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster
yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.
Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.
Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.
Herpes Genetalis adalah infeksi atau peradangan (gelembung lecet) pada kulit terutama dibagian kelamin (vagina, penis, termasuk dipintu dubur/anus serta pantat dan pangkal paha/selangkangan) yang disebabkan virus herpes simplex (VHS), Sedangkan Herpes Zoster atau dengan nama lain 'shingles' adalah infeksi kulit yang disebabkan oleh virus varicella-zoster yang menimbulkan gelembung cairan hampir pada bagian seluruh tubuh.
Herpes zoster juga dikatakan penyakit infeksi pada kulit yang merupakan lanjutan dari pada chickenpox (cacar air) karena virus yang menyerang adalah sama, Hanya terdapat perbedaan dengan cacar air. Herpes zoster memiliki ciri cacar gelembung yang lebih besar dan berkelompok pada bagian tertentu di badan, bisa di bagian punggung, dahi atau dada.
B. Tujuan Penulisan
1.
Untuk mengetahui definisi dari Penyakit Herpes Zoster
2.
Untuk mengetahui Patogenesis dari Penyakit Herpes
Zoster.
3.
Untuk mengetahui gejala yang ditimbulkan oleh Penyakit
Herpes Zoster.
4.
Untuk mengetahui penatalaksanaan dari Penyakit Herpes
Zoster.
5.
Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dari Penyakit Herpes
Zoster.
BAB II
TINJAUAN
KASUS
R KONSEP
MEDIS
A.
Definisi
Herpes zoster adalah radang kulit akut
dan setempat, terutama terjadi pada orang tua yang khas ditandai adanya nyeri
radikuler unilateral serta timbulnya lesi vesikuler yang terbatas pada dermatom
yang dipersyarafi serabut saraf spinal maupun ganglion serabut saraf sensorik
dari nervus kranialis.
Herpes zoster (shingles, cacar
monyet) merupakan kelainan inflamatorik viral dimana virus penyebabnya
menimbulkan erupsi vesikuler yang nyeri disepanjang distribusi saraf sensorik
dari satu atau lebih ganglion posterior.
B.
Etiologi
Herpes zoster disebabkan oleh Varicella
Zoster Virus (VZV). VZV mempunyai kapsid yang tersusun dari 162 subunit
protein dan berbentuk simetri ikosehedral dengan diameter 100nm. Virion
lengkapnya berdiameter 150-200 nm dan hanya virion yang berselubung yang
bersifat infeksius.
Infeksiositas virus ini dengan cepat
dapat dihancurkan oleh bahan organic, detergen, enzim proteolitik, panas, dan
lingkungan pH yang tinggi.
C.
Patofisiologi
Pada episode infeksi primer, virus dari luar masuk ke
tubuh hospes (penerima virus). Selanjutnya, terjadilah penggabungan virus
dengan DNA hospes, mengadakan multiplikasi atau replikasi sehingga menimbulkan
kelainan pada kulit. Virua akan menjalar melalui serabut saraf sensorik ke
ganglion saraf dan berdiam secara permanen dan bersifat laten. Infeksi hasil
reaktivasi virus varicella yang menetap di ganglion sensori setelah infeksi
chickenpox pada masa anak–anak. Sekitar 20% orang yang menderita cacar akan menderita
shingles selama hidupnya dan biasanya hanya terjadi sekali. Ketika reaktivasi
virus berjalan dari ganglion ke kulit area dermatom.
Faktor Resiko Herpes zoster
- Usia lebih dari 50 tahun, infeksi ini sering terjadi pada usia ini akibat daya tahan tubuhnya melemah. Makin tua usia penderita herpes zoster makin tinggi pula resiko terserang nyeri.
- Orang yang mengalami penurunan kekebalan (immunocompromised) seperti HIV dan leukimia. Adanya lesi pada ODHA merupakan manifestasi pertama dari immunocompromised.
- Orang dengan terapi radiasi dan kemoterapi.
- Orang dengan transplantasi organ mayor seperti transplantasi sumsum tulang.
Factor pencetus kambuhnya Herpes zoster
- Trauma / luka
- Kelelahan
- Demam
- Alkohol
- Gangguan pencernaan
- Obat – obatan
- Sinar ultraviolet
- Haid
- Stress
D.
Patogenesis
Selama terjadinya infeksi varisela
VZV meninggalkan lesi di kulit dan permukaan mukosa keujung serabut saraf
sensorik. Kemudian secar sentripetal virus ini membawa melalui serabut saraf
sensorik tersebut menuju ganglion saraf sensorik. Dalam ganglion ini virus
memasuki masa laten dan disini tidak infeksius dan tidak mengadakan
multiplikasi lagi, namun tidak berarti kehi;angan daya infeksinya.
Bila daya tahan tubuh penderita
mengalami penurunan, akan terjadi reaktivasi virus. Virus mengalami
multiplikasi dan menyebar didalam ganglion. Ini menyebabkan nekrosis pada saraf
sehingga terjadi inflamasi yang berat, dan biasanya disertai neuralgia yang
hebat.
VZV yang infeksius ini mengikuti
serabut saraf sensorik sehingga terjadi neuritis. Neuritis ini berakhir pada
ujung serabut saraf sensorik dikulit dengan gambaran erupsi yang khas untuk
erupsi hepes zoster.
1) Neuralgia
pascaherpetika adalah rasa nyeri yang timbul pada daerah bekas
penyembuhan. Neuralgia ini dapat berlangsung berbulan-bulan sampai berapa
tahun. Keadaan ini cenderung terjadi pada penderita diatas usia 40 tahun dengan
gradasi nyeri yang bervariasi.
2) Infeksi
sekunder oleh bakteri akan menyebabkan terhambatnya penyembuhan dan akan
meninggalkan bekas sebagai sikatriks.
3) pada
sebagian penderita dapat terjadi paralisis motorik terutama jika virus
juga menyerang ganglion anterior, bagian motorik kranialis. Terjaqadinya
biasanya 2 minggu setelah timbulnya erupsi.
E.
Manifestasi
klinik
Herpes zoster biasanya mengenai
suatu dermatom, dimana yang paling sering biasanya adalah pada dada dan perut.
Timbulnya erupsi mungkin didahului oleh rasa nyeri di daerah dermatom, dimana
hal ini dapat menyebabkan terjadinya kesalahan diagnosis sebagai kelainan
dibagian dalam. Rasa nyeri bisa bersifat membakar (panas), tajam (seperti
tersayat atau robek), menusuk atau berupa perasaan pegal. Lesi berupa sederetan
kelompok vesikel unilateral dengan dasar kulit yang eritematosa.
Isi vesikel pada mulanya jernih,
kemudian menjadi keruh. Bisa berupa vesikel-vesikel yang menyebar menjauhi
bagian tengah tubuh, dan pada usia lanjut cenderung lebih banyak. Selain itu,
vesikel yang menyebar luas (zoster diseminata) juga terdapat pada orang-orang
dengan imunosupresi,
Gejala prodromal herpes zoster
biasanya berupa rasa sakit dan parestesi pada dermatom yang terkena. Gejala ini
terjadi beberapa hari menjelang keluarnya erupsi.
Gejala konstitusi seperti sakit
kepala, malaise, dan demam terjadi pada 5% penderita (terutama pada anak-anak)
dan timbul 1-2 hari sebelum terjadi erupsi.
Gambaran yang paling khas pada
herpes zoster adalah erupsi lokalisata dan hampir selalu unilateral. Jarang
erupsi tersebut melewati garis tengah tubuh. Umunya lesi terbatas pada daerah
kulit yang dipersarafi oleh salah satu ganglion saraf sensorik.
Erupsi duimulai dengan makulopapula
eritematus. 12-24 jam kemudian terbentuk vesikula yang dapat berubah menjadi
pustule pada hari ke 3. Seminggu sampai 10 hari kemudian, lesi mongering
menjadi krusta. Krusta ini dapat menetap 2-3 minggu.
Herpes zoster pada orang dewasa yang
sehat biasanya terlokalisasi dan bersifat benigna. Namun pada pasien yang
sistem kekebalannya terganggu penyekit tersebut dapat menjadi berat dan
perjalan kliniknya bisa menimbulkan ketidakmampuan yang akut, Keluhan yang berat biasanya terjadi pada
penderita usia tua.
Pada anak-anak hanya timbul keluhan
ringan dan erupsinya cepat menyembuh, Rasa sakit segmental pada penderita
lanjut usia dapat menetap, walaupun krustanya sudah menghilang.
Menurut daerah penyerangannya
dikenal :
1) Herpes
zoster oftalmika : menyerang dahi dan sekitar mata
2) Herpes
zoster servikalis : menyerang pundak dan lengan
3) Herpes
zoster torakalis : menyerang dada dan perut
4) Herpes zoster
lumbalis : menyerang bokong dan paka
5) Herpes
zoster otikum : menyerang telinga.
Gangguan pada nervus fasialis dan
otikus dapat menimbulkan sindrom ramsay-hunt dengan gejala paralisis
otot-otot muka (bell’s palsy), tinnitus, vertigo, gangguan pendengaran,
nistagmus, dan nausea.
Bentuk-bentuk lain herpes zoster :
1) Herpes
zoster hemoragika : vesikula-vesikulanya tampak berwarna merah
kehitaman karena berisi darah
2) Herpes
zoster abortivum : penyakit berlangsung ringan dalam waktu yang
singkat dan erupsinya hanya berupa eritema dan papula kecil.
3) Herpes
zoster generalisata : kelainan kulit yang unilateral dan segmental
disertai kelainan kulit yang menyebar secara generalisata berupa vesikula dan
umblikasi. Kasus ini terjadi pada orang tua atau pada orang yang kondisi
fisiknya sangat lemah, misalnya dengan penderita limpoma maligna.
4) Zoster
sakralis : keterlibatan segmen-segmen sacral bisa menyebabkan retensi urin akut di
mana hal ini bisa dihubungkan dengan adanya ruam kulit
5) Zoster
trigeminalis : herpes zoster bisa menyerang setiap bagian dari saraf trigeminus,
tetapi yang paling sering terkena adalah bagian oftalmika. Gangguan mata
seperti konjungvitis, keratitis dan atau iridosiklitis bisa terjadi bila cabang
nasosilaris dari bagian oftalmika terkena (ditunjukkan oleh adanya
vesikel-vesikel di tepi hidung). Infeksi pada bagian maksila dari saraf
trigeminus menimbulkan vesikel-vesikel unilateral pada pipi dan pada palatum.
6) Zoster
motoris : kadang-kadang selain lesi kulit pada dermatom sensoris, serabut saraf
motoris bisa juga terserang yang menyebabkan terjadinya kelemahan otot.
F.
Gejala
Klinik
Varicella zoster virus (VZV)
merupakan salah satu dari delapan herpes virus yang diketahui menjangkiti
manusia (dan vertebrata lainnya). Ia sering menyebabkan cacar air pada
anak-anak; juga penyakit sinanaga (herpes zoster) dan postherpetic neuralgia
(sakit saraf kulit) pada orang dewasa.
Infeksi utama VZV adalah cacar air
(varicella), yang jarang mengakibatkan komplikasi termasuk ensefalitis (radang
akut pada otak) atau pneumonia (radang paru-paru). Bahkan bila gejala klinis
cacar air sudah terselesaikan, VZV menjadi dorman (tidak aktif) dalam sistem
saraf orang yang terinfeksi (namun suatu saat bisa menjadi aktif lagi).
Sekitar 10-20 % kasus, VZV nantinya
menjadi aktif kembalii yang dikenal sebagai penyakit herpes zoster atau ruam
saraf. Komplikasi serius dari sinanaga termasuk postherpetic neuralgia, zoster
multiplex, myelitis (radang saraf otak), herpes ophthalmicus, dan zoster sine
herpete.
Virus Varicella zoster dapat laten
pada sel syaraf tubuh dan pada frekuensi yang kecil di sel non-neuronal satelit
dari akar dorsal, berhubung dengan saraf tengkorak dan saraf autonomic
ganglion, tanpa menyebabkan gejala apapun. Dalam sebuah individu yang
immunocompromised (kekebalan tubuh rendah), beberapa tahun atau dekade setelah
terkena infeksi cacar air, virus dapat muncul lagi pada sel-sel saraf dan
menular melalui saraf axons menyebabkan infeksi kulit di daerah yang mengandung
syaraf.
Virus menyebar dari satu atau lebih sepanjang
ganglia sepanjang saraf dan menulari segmen dermatome (daerah kulit yang
disuplai oleh saraf tulang belakang) menyebabkan sakit ruam. Meskipun biasanya
ruam dapat sembuh sendiri dalam waktu dua sampai empat bulan, beberapa
pengalaman penderita masih merasakan sisa sakit syaraf selama berbulan atau
bertahun-tahun, suatu kondisi yang disebut postherpetic neuralgia.
Penularan
Penularan bisa terjadi melalui kontak udara yang terkontaminasi khususnya pada banyak orang di dalamnya seperti sekolah. Bisa juga terjadi penularan melalui sentuhan kulit antar individu.
Tanda-tanda dan gejala
Herpes zoster biasanya memiliki
gejala-gejala ringan, tetapi komplikasi dapat terjadi, mulai dari ringan sampai
mengancam nyawa itu. Infeksi herpes zoster merujuk pada sebuah gangguan terjadi
pada sistem kekebalan tubuh pasien atau sebuah manifestasi dari
keterlibatannya, Pada pasien tertentu, perawatan dini dengan antivirus dan
kortikosteroid mungkin telah menunjukkan penurunan durasi penyakit dan untuk
mencegah atau memperbaiki komplikasi,
Gejala awal herpes zoster yaitu sakit kepala, demam, dan rasa tidak nyaman, ini merupakan gejala-gejala yang nonspecific, dan dapat mengakibatkan salah diagnosa. Gejala ini biasanya diikuti oleh sensation rasa sakit membakar, gatal, hyperesthesia (oversensitivity), atau paresthesia ( “gelisah”: rasa geli, ditusuk-tusuk, dan mati rasa).
Rasa sakit mungkin ekstrim terasa pada
dermatome (lapisan kulit), dengan sensasi-sensasi yang sering digambarkan
bebentuk pedas/panas, geli, nyeri, kaku dan berdenyut-denyut, dan dapat
menyebar cepat dengan rasa ditusuk-tusuk. Dalam banyak kasus, setelah 1-2 hari
(tapi kadang-kadang selama 3 minggu) tahap awal ini diikuti dengan tampilan
karakteristik: ruam kulit. Rasa sakit dan ruam yang paling sering terjadi pada
seluruh tubuh, tetapi dapat muncul di wajah, mata atau bagian lain dari tubuh.
Pada awalnya, ruam yang muncul mirip dengan tampilan penyakit hives
(Urticaria), namun tidak seperti hives, herpes zoster menyebabkan kulit
terbatas pada perubahan di kulit, biasanya bentuknya strip/jalur atau seperti
pola pada sabuk/belt yang terbatas pada satu sisi tubuh.
Zoster sine herpete menjelaskan semua pasien
yang memiliki gejala-gejala dari herpes zoster ini kecuali karakteristik ruam.
Kemudian, ruam menjadi vesicular
(seperti tekstur batu vulkanik), terbentuknya ruam-ruam kecil berisi cairan,
demam dan rasa tidak nyaman pada tubuh. Vesicle (gelembung) akhirnya menjadi
berwarna abu-abu dan gelap karena diiisi dengan darah.
Pengelupasan terjadi anatar tujuh sampai
sepuluh hari kemudian, dan biasanya jatuh dan menyembuhkan kulit tetapi
kadang-kadang setelah ruam yang parah dapat menimbulkan bekas parutan dan
perubahan warna kulit.
Herpes mungkin memiliki gejala
tambahan , tergantung pada lapisan kulit yang terlibat. Herpes zoster ophthalmicus
muncul pada mata dan terjadi di sekitar 10-25% kasus. Hal ini disebabkan karena
virus menjadi aktif pada daerah ophthalmic dari saraf trigeminal.
Pada beberapa pasien, muncul pula
gejala radang lainnya pada mata seperti : conjunctivitis, keratitis, uveitis, dan saraf
optik palsies yang kadang-kadang dapat menyebabkan radang mata kronis, dan
kehilangan penglihatan. Herpes zoster oticus, juga dikenal sebagai Ramsay Hunt
syndrome tipe II, melibatkan telinga. Ia adalah hasil penyebaran virus dari
syaraf wajah ke saraf vestibulocochlear. Gejala
termasuk kehilangan pendengaran dan vertigo.
Komplikasi
Herpes Zoster
- Neuralgia Pasca Herpes zoster (NPH) merupakan nyeri yang tajam dan spasmodic (singkat dan tidak terus – menerus) sepanjang nervus yang terlibat. Nyeri menetap di dermatom yang terkena setelah erupsi.
- Herpes zoster menghilang, batasan waktunya adalah nyeri yang masih timbul satu bulan setelah timbulnya erupsi kulit. Kebanyakan nyeri akan berkurang dan menghilang spontan setelah 1–6 bulan
- Gangren superfisialis, menunjukan Herpes zoster yang berat, mengakibatkan hambatan penyembuhan dan pembentukan jaringan parut.
- Komplikasi mata, antara lain : keratitis akut, skleritis, uveitis, glaucoma sekunder, ptosis, korioretinitis, neuritis optika dan paresis otot penggerak bola mata.
- Herpes zoster diseminata / generalisata
- Komplikasi sitemik, antara lain : endokarditis, menigosefalitis, paralysis saraf motorik, progressive multi focal leukoenche phatopathy dan angitis serebral granulomatosa disertai hemiplegi (2 terkahir ini merupakan komplikasi herpes zoster optalmik).
G.
Pemeriksaan Penunjang
Tes diagnostik untuk membedakan dari impetigo, kontak
dermatitis dan herps simplex :
- Tzanck Smear : mengidentifikasi virus herpes tetapi tidak dapat membedakan herpes zoster dan herpes simplex.
- Kultur dari cairan vesikel dan tes antibody : digunakan untuk membedakan diagnosis herpes virus
- Immunofluororescent : mengidentifikasi varicella di sel kulit
- Pemeriksaan histopatologik
- Pemerikasaan mikroskop electron
- Kultur virus
- Identifikasi anti gen / asam nukleat VVZ
- Deteksi antibody terhadap infeksi virus
H.
Penatalaksanaan
a. Pengobatan
1. Pengobatan topical
- Pada stadium vesicular diberi bedak salicyl 2% atau bedak kocok kalamin untuk mencegah vesikel pecah
- Bila vesikel pecah dan basah, diberikan kompres terbuka dengan larutan antiseptik atau kompres dingin dengan larutan burrow 3 x sehari selama 20 menit
- Apabila lesi berkrusta dan agak basah dapat diberikan salep antibiotik (basitrasin / polysporin ) untuk mencegah infeksi sekunder selama 3 x sehari
2. Pengobatan sistemik
Drug of choice- nya adalah acyclovir
yang dapat mengintervensi sintesis virus dan replikasinya. Meski tidak
menyembuhkan infeksi herpes namun dapat menurunkan keparahan penyakit dan
nyeri. Dapat diberikan secara oral, topical atau parenteral. Pemberian lebih
efektif pada hari pertama dan kedua pasca kemunculan vesikel. Namun hanya
memiliki efek yang kecil terhadap postherpetic neuralgia.
Antiviral lain yang dianjurkan
adalah vidarabine (Ara – A, Vira – A) dapat diberikan lewat infus intravena
atau salep mata.
Kortikosteroid dapat digunakan untuk
menurunkan respon inflamasi dan efektif namun penggunaannya masih kontroversi
karena dapat menurunkan penyembuhan dan menekan respon immune.
Analgesik non narkotik dan narkotik
diresepkan untuk manajemen nyeri dan antihistamin diberikan untuk menyembuhkan
priritus.
b. Penderita dengan keluhan mata
Keterlibatan seluruh mata atau ujung hidung yang
menunjukan hubungan dengan cabang nasosiliaris nervus optalmikus, harus
ditangani dengan konsultasi opthamologis. Dapat diobati dengan salaep mata
steroid topical dan mydriatik, anti virus dapat diberikan
c. Neuralgia Pasca Herpes zoster
- Bila nyeri masih terasa meskipun sudah diberikan acyclovir pada fase akut, maka dapat diberikan anti depresan trisiklik ( misalnya : amitriptilin 10 – 75 mg/hari)
- Tindak lanjut ketat bagi penanganan nyeri dan dukungan emosional merupakan bagian terpenting perawatan
- Intervensi bedah atau rujukan ke klinik nyeri diperlukan pada neuralgi berat yang tidak teratasi.
BAB III
PENUTUP
A.Kesimpulan
Herpes zoster adalah penyakit yang disebabkan oleh
infeksi virus varisela-zoster yang menyerang kulit dan mukosa, infeksi ini
merupakan reaktivasi virus yang terjadi setelah infeksi primer.
Berdasarkan lokasi lesi, herpes zoster dibagi atas: herpes zoster oftalmikus, fasialis, brakialis, torakalis, lumbalis, dan sakralis. Manifestasi klinis herpes zoster dapat berupa kelompok-kelompok vesikel sampai bula di atas daerah yang eritematosa. Lesi yang khas bersifat unilateral pada dermatom yang sesuai dengan letak syaraf yang terinfeksi virus.
Diagnosa herpes zoster dapat ditegakkan dengan mudah melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik. Jika diperlukan dapat dilakukan pemeriksaan laboratorium sederhana, yaitu tes Tzanck dengan menemukan sel datia berinti banyak.
Pada umumnya penyakit herpes zoster dapat sembuh sendiri (self limiting disease), tetapi pada beberapa kasus dapat timbul komplikasi. Semakin lanjut usia, semakin tinggi frekuensi timbulnya komplikasi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar